Jumat, 23 Januari 2015

Gong Sebagai Aset Budaya Selayar


Gong Nekara Aset Wisata Budaya Selayar


Gong Nekara Aset Wisata Budaya Selayar – Gong Nekara Terbesar di Asia Tenggara ialah Gong nekara yang ada di Pulau Selayar. Saya seumur-umur baru satu kali melihat langsung, beberapa tahun yang lalu sewaktu masih mahasiswa dan kebetulan Gong nekara ini adalah salah satu tujuan penelitian kami kala itu. Gong Nekara adalan merupakan peninggalan sejarah dan purbakala yang sekaligus satu dari sekian banyak obyek wisata yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar. Khusus pencinta benda-benda peninggalan sejarah, adalah sebuah keharusan mengunjungi nekara terbesar di Asia Tenggara ini bila berkunjung ke daratan Selayar.
Fungsi dari Gong Nekara ini mempunyai 3 fungsi pada masanya, yakni fungsi Keagamaan, Sosial-Budaya, dan Politik. Fungsi keagamaan yaitu sebagai alat komunikasi, upacara, dan simbol. Sementara fungsi sosial budaya yaitu sebagai simbol status sosial, perangkat upacara dan karya seni yang mempunyai daya magis religius. Sedangkan fungsi politik yaitu sebagai tanda bahaya atau isyarat perang.
sedangkan deskripsi fisik Gong Nekara ini yakni mempunyai garis tengah 126 cm dengan luas lingkaran permukaan 396 cm persegi. Lingkaran pinggan 340 cm persegi, tinggi badan 95 cm, bintang 16 jari, jari-jari permukaan 63 cm, adapun gambar atau lukisan motifnya adalah lukisan gajah 16 ekor, pohon sirih 11 batang, burung 54 ekor dan ikan 18 ekor. Pada permukaan gong nekara ini terdiri atas 4 buah arca katak, dan disamping gong ini ada 4 daun telinga.
Gong Nekara Selayar terbuat dari logam perunggu yang saat ini tersimpan di daerah Bonto Bangun (Matalalang).
Menurut informasi lisan dari tetua adat dan penduduk setempat, nekara tersebut ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang penduduk dari Kampung Rea-Rea yang bernama Sabuna pada tahun 1686. Pada saat itu Sabuna sedang mengerjakan sawah Raja Puta Bangung di Papaniohea, tiba-tiba cangkul Sabuna membentur benda keras yang ternyata adalah hiasan katak yang merupakan bagian dari sebuah nekara. Sejak berakhirnya Dinasti Puta Bangung, pada tahun 1760 nekara tersebut dipindahkan ke Bonto Bangung dan menjadi kalompoang/arajang (benda keramat) Kerajaan Bonto Bangung.
Legenda mengenai nekara Selayar dikenal dari dua sumber, yang pertama cerita mitos Sawerigading yang berkembang pada periode Galigo, yaitu periode kekuasaan manusia dewa yang mengatur tata tertib dunia, dengan pola kepemimpinan religius kharismatis. Sawerigading ditempatkan sebagai tokoh utama dalam perwujudan tata tertib dan penataan pertama masyarakat Bugis-Makasar di Sulawesi Selatan. Periode Galigo diperkirakan berlangsung sekitar abad ke-7 sampai abad ke-10. Tetapi Christian Pelras menempatkan pada sekitar abad ke-12.
Sumber yang kedua adalah naskah Hukum Pelayaran dan Perdagangan Amanna Gappa (abad 17). Selayar disebut sebagai salah satu daerah tujuan niaga. Letaknya sangat strategis bagi pelayaran yang menuju ketimur maupun ke barat. Dengan demikian Selayar menjadi bandar transito bagi lalu lintas pelayaran. Di dalam naskah itu juga disebut tentang “daftar sewa bagi orang yang berlayar dari daerah Makasar ke Aceh, Kedah, Kamboja dengan sewa 7 rial dari tiap seratus (orang) dan apabila naik dari tempat tersebut pergi ke Selayar, Malaka, Johor, sewanya 6 rial dari tiap seratus (orang).”
Dari sumber tersebut memberikan keterangan tentang peranan Selayar dengan daerah-daerah di Nusantara dan Asia Tenggara. Hal ini memperkuat dugaan bahwa nekara Selayar mungkin didatangkan dari daratan Asia Tenggara pada waktu pengaruh kebudayaan Cina berkembang di kawasan itu. Menurut legenda yang berkait dengan nekara Selayar, dikatakan bahwa ketika Sawerigading bersama isterinya (We Cuddai) dan ketiga putranya (La Galigo, Tenri Dio, dan Tenri Balobo) kembali dari Cina, dalam perjalanannya menuju ke Luwu mereka singgah di Pulau Selayar, dan langsung menuju ke suatu tempat yang disebut Puta Bangung dengan membawa sebuah nekara perunggu yang besar. Di tempat itu mereka dianggap sebagai Tumanurung. Pada saat itulah Tenri Dio dianggap menjadi raja pertama di Puta Bangung, dan menempatkan nekara itu sebagai Kalompoang di Kerajaan Puta Bangung.
Dari cerita itu dapat disimpulkan bahwa nekara Selayar dibawa dari Cina oleh Sawerigading. Yang dimaksud dengan Cina disini, mungkin adalah Indo China. Selain itu, masyarakat juga menganggap bahwa hanya ada dua nekara (Gong), yaitu sebuah di Selayar dan sebuah lagi berada di Cina. Nekara yang ada di Selayar dianggap sebagai suami dan yang ada di Cina sebagai isteri. Hal ini mengingatkan kita pada nekara yang dipuja berpasangan di daerah Birma yang dipersonifikasikan sebagai pasangan suami isteri. Nekara yang di atasnya terdapat hiasan katak berukuran lebih tinggi melambangkan pria, sedangkan yang tidak memakai hiasan katak dan berukuran lebih kecil dan rendah melambangkan wanita. Dengan demikian nampak adanya persamaan nilai simbolis dari pendukung kebudayaan perunggu khususnya nekara di Indonesia dan Asia Tenggara.[ki]
merupakan suatu benda yang sangat menarik. Dari benda tersebut muncullah berbagai macam jenis suara yang dapat menghasilkan suatu nada dan apabila dimainkan dengan benar maka akan terdengar suatu alunan nada yang indah. Musik yang kita kenal saat ini dapat tercipta dikarenakan adanya perkembangan dari alat-alat musik tradisional, hingga menjadi sebuah alat musik modern seperti yang biasa kita lihat pada saat ini. Selain itu ada beberapa alat musik tradisional yang memang tak begitu baik jika dimainkan dengan instrumen musik zaman modern, yang bahkan pada zaman dahulu, alat musik tradisional tersebut memiliki ensambel tersendiri untuk memainkannya, seperti yang akan kita bahas kali ini, yaitu Gong. Gong merupakan sebuah alat musik pukul tradisional yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur. Di Korea Selatan, Gong disebut juga dengan Kkwaenggwari. Tetapi Kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jaridan dan dimainkan dengan cara dipukul dengan sebuah stik pendek. Cara memegang Kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan khusus, karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran Gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkan. Ensambel (sekumpulan alat musik yang dimainkan bersama-sama) yang menggunakan Gong sangat beraneka ragam. Ada ensambel yang hanya menggunakan beberapa Gong, tanpa alat lain. Namun ada juga ensambel yang menggunakan satu Gong saja ditambah dengan beberapa alat musik lain, seperti Biola, Akordeon, dan Gendang. Ada berbagai macam ensambel yang menggunakan Gong, baik di Indonesia maupun di Mancanegara. Diantara berbagai macam ensambel yang ada, yang paling terkenal ialah ensambel gamelan Jawa dan Bali dari Indonesia. Akan tetapi sebenarnya masih banyak lagi ensambel dengan Gong lainnya di Indonesia, dan tidak semua disebut dengan Gamelan. Beberapa contoh ensambel di Indonesia yang menggunakan Gong yaitu ensambel untuk ronggeng Melayu dari Sumatera (ensambel itu terdiri atas Biola, Vokal, Akordeon, Dua Gendang, dan satu Gong Gantung), Gondang sabangunan dari Sumatera Utara (ensambel itu terdiri atas Taganing, Satu Gendang Besar, Serunai, Hesek, dan Ogung), Gong Waning dari Kabupaten Sikka, Flores (ensambel itu terdiri atas Lima Buah Gong, Dua Gendang, dan Bambu Panjang yang dipukul), ensambel untuk Begandang dari masyarakat Jalai, Kalimantan Barat, dan masih banyak lagi yang lainnya. Gong dibuat dengan logam, badan Gong ialah sebuah permukaan lengkung, pemain memukul bagian pertengahan permukaan yang melengkung itu, hingga membuat badan Gong bergentar. Gong terlebih dahulu digunakan oleh etnik minoriti di kawasan barat daya China, sehingga abad ke-2 sebelum masehi, seiring dengan pertukaran antara berbagai etnik, Gong diedarkan ke kawasan dalam China. Pada masa itu, Gong sering digunakan untuk mengarahkan tentara dalam perang. Dalam istilah ketentaraan purbakala China, mereka menyebutnya dengan “memukul Gong menandakan untuk mengundurkan bala tentara”. Saat ini tidak banyak lagi perajin Gong seperti ini. Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, Gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis hingga menghasilkan nada yang diinginkan. Di Indonesia sendiri terdapat beragam jenis Gong pada instrumen Gamelan Jawa, seperti Bonang Barung, Pencon, dan Kolintang. Fungsi sebenarnya Gong dalam kesenian alat musik tradisional Indonesia adalah sebagai penanda permulaan dan akhiran Gendhing serta memberikan rasa keseimbangan setelah kalimat lagu Gendhing yang panjang berlalu. Yang paling umum ada dua macam Gong yang sudah terkenal di Indonesia, yaitu Gong Ageng dan Gong Suwuk yang berukuran sedang. Namun di Indonesia, lagi-lagi alat musik tradisional seperti Gong ini kini begitu jarang orang yang mempelajari dan memakainya, akan tetapi yang patut disyukuri ialah Gong masih digunakan sebagai simbol dimulainya dan diakhirinya suatu acara. Setidaknya dengan cara seperti itu Gong masih bisa dikenal oleh masyarakat luas sehingga Gong tidak terlupakan sebagai salah satu kesenian tradisional khas Indonesia. Pada saat ini Gong tersebar bahkan sampai ke Jepang, Australia, Eropa, dan Amerika. Kemajuan teknologi, industri media, dan transportasi, telah meningkatkan pergaulan seni budaya antarbangsa. Perkembangan fungsi musikal dan pergaulan budaya antarbangsa memungkinkan musik Gong dari Indonesia semakin dikenal, dipakai, dan dinikmati di berbagai penjuru dunia. Pada umumnya, musik Indonesia yang dikenal di luar Asia Tenggara adalah musik gamelan dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali. Di Eropa, Jepang, Amerika, Australia, dan Selandia Baru musik Gamelan ini bahkan menjadi salah satu bahan ajar pendidikan seni di sekolah menengah dan universitas mereka. PADI WEB/Iqbal Fadillah/09-14. Foto dikutip dari: id.wikipedia.org

Sumber : http://alampedia.blogspot.com/2014/11/gong-alat-musik-pukul-tradisional-dari.html
Untuk sobat yang copy paste pada artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya, Terimakasih.

Pesan ini disampaikan oleh Admin Alam Pedia Blog.
merupakan suatu benda yang sangat menarik. Dari benda tersebut muncullah berbagai macam jenis suara yang dapat menghasilkan suatu nada dan apabila dimainkan dengan benar maka akan terdengar suatu alunan nada yang indah. Musik yang kita kenal saat ini dapat tercipta dikarenakan adanya perkembangan dari alat-alat musik tradisional, hingga menjadi sebuah alat musik modern seperti yang biasa kita lihat pada saat ini. Selain itu ada beberapa alat musik tradisional yang memang tak begitu baik jika dimainkan dengan instrumen musik zaman modern, yang bahkan pada zaman dahulu, alat musik tradisional tersebut memiliki ensambel tersendiri untuk memainkannya, seperti yang akan kita bahas kali ini, yaitu Gong. Gong merupakan sebuah alat musik pukul tradisional yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur. Di Korea Selatan, Gong disebut juga dengan Kkwaenggwari. Tetapi Kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jaridan dan dimainkan dengan cara dipukul dengan sebuah stik pendek. Cara memegang Kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan khusus, karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran Gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkan. Ensambel (sekumpulan alat musik yang dimainkan bersama-sama) yang menggunakan Gong sangat beraneka ragam. Ada ensambel yang hanya menggunakan beberapa Gong, tanpa alat lain. Namun ada juga ensambel yang menggunakan satu Gong saja ditambah dengan beberapa alat musik lain, seperti Biola, Akordeon, dan Gendang. Ada berbagai macam ensambel yang menggunakan Gong, baik di Indonesia maupun di Mancanegara. Diantara berbagai macam ensambel yang ada, yang paling terkenal ialah ensambel gamelan Jawa dan Bali dari Indonesia. Akan tetapi sebenarnya masih banyak lagi ensambel dengan Gong lainnya di Indonesia, dan tidak semua disebut dengan Gamelan. Beberapa contoh ensambel di Indonesia yang menggunakan Gong yaitu ensambel untuk ronggeng Melayu dari Sumatera (ensambel itu terdiri atas Biola, Vokal, Akordeon, Dua Gendang, dan satu Gong Gantung), Gondang sabangunan dari Sumatera Utara (ensambel itu terdiri atas Taganing, Satu Gendang Besar, Serunai, Hesek, dan Ogung), Gong Waning dari Kabupaten Sikka, Flores (ensambel itu terdiri atas Lima Buah Gong, Dua Gendang, dan Bambu Panjang yang dipukul), ensambel untuk Begandang dari masyarakat Jalai, Kalimantan Barat, dan masih banyak lagi yang lainnya. Gong dibuat dengan logam, badan Gong ialah sebuah permukaan lengkung, pemain memukul bagian pertengahan permukaan yang melengkung itu, hingga membuat badan Gong bergentar. Gong terlebih dahulu digunakan oleh etnik minoriti di kawasan barat daya China, sehingga abad ke-2 sebelum masehi, seiring dengan pertukaran antara berbagai etnik, Gong diedarkan ke kawasan dalam China. Pada masa itu, Gong sering digunakan untuk mengarahkan tentara dalam perang. Dalam istilah ketentaraan purbakala China, mereka menyebutnya dengan “memukul Gong menandakan untuk mengundurkan bala tentara”. Saat ini tidak banyak lagi perajin Gong seperti ini. Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, Gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis hingga menghasilkan nada yang diinginkan. Di Indonesia sendiri terdapat beragam jenis Gong pada instrumen Gamelan Jawa, seperti Bonang Barung, Pencon, dan Kolintang. Fungsi sebenarnya Gong dalam kesenian alat musik tradisional Indonesia adalah sebagai penanda permulaan dan akhiran Gendhing serta memberikan rasa keseimbangan setelah kalimat lagu Gendhing yang panjang berlalu. Yang paling umum ada dua macam Gong yang sudah terkenal di Indonesia, yaitu Gong Ageng dan Gong Suwuk yang berukuran sedang. Namun di Indonesia, lagi-lagi alat musik tradisional seperti Gong ini kini begitu jarang orang yang mempelajari dan memakainya, akan tetapi yang patut disyukuri ialah Gong masih digunakan sebagai simbol dimulainya dan diakhirinya suatu acara. Setidaknya dengan cara seperti itu Gong masih bisa dikenal oleh masyarakat luas sehingga Gong tidak terlupakan sebagai salah satu kesenian tradisional khas Indonesia. Pada saat ini Gong tersebar bahkan sampai ke Jepang, Australia, Eropa, dan Amerika. Kemajuan teknologi, industri media, dan transportasi, telah meningkatkan pergaulan seni budaya antarbangsa. Perkembangan fungsi musikal dan pergaulan budaya antarbangsa memungkinkan musik Gong dari Indonesia semakin dikenal, dipakai, dan dinikmati di berbagai penjuru dunia. Pada umumnya, musik Indonesia yang dikenal di luar Asia Tenggara adalah musik gamelan dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali. Di Eropa, Jepang, Amerika, Australia, dan Selandia Baru musik Gamelan ini bahkan menjadi salah satu bahan ajar pendidikan seni di sekolah menengah dan universitas mereka. PADI WEB/Iqbal Fadillah/09-14. Foto dikutip dari: id.wikipedia.org

Sumber : http://alampedia.blogspot.com/2014/11/gong-alat-musik-pukul-tradisional-dari.html
Untuk sobat yang copy paste pada artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya, Terimakasih.

Pesan ini disampaikan oleh Admin Alam Pedia Blog.
ALAM PEDIA – Alat musik merupakan suatu benda yang sangat menarik. Dari benda tersebut muncullah berbagai macam jenis suara yang dapat menghasilkan suatu nada dan apabila dimainkan dengan benar maka akan terdengar suatu alunan nada yang indah. Musik yang kita kenal saat ini dapat tercipta dikarenakan adanya perkembangan dari alat-alat musik tradisional, hingga menjadi sebuah alat musik modern seperti yang biasa kita lihat pada saat ini. Selain itu ada beberapa alat musik tradisional yang memang tak begitu baik jika dimainkan dengan instrumen musik zaman modern, yang bahkan pada zaman dahulu, alat musik tradisional tersebut memiliki ensambel tersendiri untuk memainkannya, seperti yang akan kita bahas kali ini, yaitu Gong. Gong merupakan sebuah alat musik pukul tradisional yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur. Di Korea Selatan, Gong disebut juga dengan Kkwaenggwari. Tetapi Kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jaridan dan dimainkan dengan cara dipukul dengan sebuah stik pendek. Cara memegang Kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan khusus, karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran Gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkan. Ensambel (sekumpulan alat musik yang dimainkan bersama-sama) yang menggunakan Gong sangat beraneka ragam. Ada ensambel yang hanya menggunakan beberapa Gong, tanpa alat lain. Namun ada juga ensambel yang menggunakan satu Gong saja ditambah dengan beberapa alat musik lain, seperti Biola, Akordeon, dan Gendang. Ada berbagai macam ensambel yang menggunakan Gong, baik di Indonesia maupun di Mancanegara. Diantara berbagai macam ensambel yang ada, yang paling terkenal ialah ensambel gamelan Jawa dan Bali dari Indonesia. Akan tetapi sebenarnya masih banyak lagi ensambel dengan Gong lainnya di Indonesia, dan tidak semua disebut dengan Gamelan. Beberapa contoh ensambel di Indonesia yang menggunakan Gong yaitu ensambel untuk ronggeng Melayu dari Sumatera (ensambel itu terdiri atas Biola, Vokal, Akordeon, Dua Gendang, dan satu Gong Gantung), Gondang sabangunan dari Sumatera Utara (ensambel itu terdiri atas Taganing, Satu Gendang Besar, Serunai, Hesek, dan Ogung), Gong Waning dari Kabupaten Sikka, Flores (ensambel itu terdiri atas Lima Buah Gong, Dua Gendang, dan Bambu Panjang yang dipukul), ensambel untuk Begandang dari masyarakat Jalai, Kalimantan Barat, dan masih banyak lagi yang lainnya. Gong dibuat dengan logam, badan Gong ialah sebuah permukaan lengkung, pemain memukul bagian pertengahan permukaan yang melengkung itu, hingga membuat badan Gong bergentar. Gong terlebih dahulu digunakan oleh etnik minoriti di kawasan barat daya China, sehingga abad ke-2 sebelum masehi, seiring dengan pertukaran antara berbagai etnik, Gong diedarkan ke kawasan dalam China. Pada masa itu, Gong sering digunakan untuk mengarahkan tentara dalam perang. Dalam istilah ketentaraan purbakala China, mereka menyebutnya dengan “memukul Gong menandakan untuk mengundurkan bala tentara”. Saat ini tidak banyak lagi perajin Gong seperti ini. Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, Gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis hingga menghasilkan nada yang diinginkan. Di Indonesia sendiri terdapat beragam jenis Gong pada instrumen Gamelan Jawa, seperti Bonang Barung, Pencon, dan Kolintang. Fungsi sebenarnya Gong dalam kesenian alat musik tradisional Indonesia adalah sebagai penanda permulaan dan akhiran Gendhing serta memberikan rasa keseimbangan setelah kalimat lagu Gendhing yang panjang berlalu. Yang paling umum ada dua macam Gong yang sudah terkenal di Indonesia, yaitu Gong Ageng dan Gong Suwuk yang berukuran sedang. Namun di Indonesia, lagi-lagi alat musik tradisional seperti Gong ini kini begitu jarang orang yang mempelajari dan memakainya, akan tetapi yang patut disyukuri ialah Gong masih digunakan sebagai simbol dimulainya dan diakhirinya suatu acara. Setidaknya dengan cara seperti itu Gong masih bisa dikenal oleh masyarakat luas sehingga Gong tidak terlupakan sebagai salah satu kesenian tradisional khas Indonesia. Pada saat ini Gong tersebar bahkan sampai ke Jepang, Australia, Eropa, dan Amerika. Kemajuan teknologi, industri media, dan transportasi, telah meningkatkan pergaulan seni budaya antarbangsa. Perkembangan fungsi musikal dan pergaulan budaya antarbangsa memungkinkan musik Gong dari Indonesia semakin dikenal, dipakai, dan dinikmati di berbagai penjuru dunia. Pada umumnya, musik Indonesia yang dikenal di luar Asia Tenggara adalah musik gamelan dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali. Di Eropa, Jepang, Amerika, Australia, dan Selandia Baru musik Gamelan ini bahkan menjadi salah satu bahan ajar pendidikan seni di sekolah menengah dan universitas mereka. PADI WEB/Iqbal Fadillah/09-14. Foto dikutip dari: id.wikipedia.org

Sumber : http://alampedia.blogspot.com/2014/11/gong-alat-musik-pukul-tradisional-dari.html
Untuk sobat yang copy paste pada artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya, Terimakasih.

Pesan ini disampaikan oleh Admin Alam Pedia Blog.
ALAM PEDIA – Alat musik merupakan suatu benda yang sangat menarik. Dari benda tersebut muncullah berbagai macam jenis suara yang dapat menghasilkan suatu nada dan apabila dimainkan dengan benar maka akan terdengar suatu alunan nada yang indah. Musik yang kita kenal saat ini dapat tercipta dikarenakan adanya perkembangan dari alat-alat musik tradisional, hingga menjadi sebuah alat musik modern seperti yang biasa kita lihat pada saat ini. Selain itu ada beberapa alat musik tradisional yang memang tak begitu baik jika dimainkan dengan instrumen musik zaman modern, yang bahkan pada zaman dahulu, alat musik tradisional tersebut memiliki ensambel tersendiri untuk memainkannya, seperti yang akan kita bahas kali ini, yaitu Gong. Gong merupakan sebuah alat musik pukul tradisional yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur. Di Korea Selatan, Gong disebut juga dengan Kkwaenggwari. Tetapi Kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jaridan dan dimainkan dengan cara dipukul dengan sebuah stik pendek. Cara memegang Kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan khusus, karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran Gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkan. Ensambel (sekumpulan alat musik yang dimainkan bersama-sama) yang menggunakan Gong sangat beraneka ragam. Ada ensambel yang hanya menggunakan beberapa Gong, tanpa alat lain. Namun ada juga ensambel yang menggunakan satu Gong saja ditambah dengan beberapa alat musik lain, seperti Biola, Akordeon, dan Gendang. Ada berbagai macam ensambel yang menggunakan Gong, baik di Indonesia maupun di Mancanegara. Diantara berbagai macam ensambel yang ada, yang paling terkenal ialah ensambel gamelan Jawa dan Bali dari Indonesia. Akan tetapi sebenarnya masih banyak lagi ensambel dengan Gong lainnya di Indonesia, dan tidak semua disebut dengan Gamelan. Beberapa contoh ensambel di Indonesia yang menggunakan Gong yaitu ensambel untuk ronggeng Melayu dari Sumatera (ensambel itu terdiri atas Biola, Vokal, Akordeon, Dua Gendang, dan satu Gong Gantung), Gondang sabangunan dari Sumatera Utara (ensambel itu terdiri atas Taganing, Satu Gendang Besar, Serunai, Hesek, dan Ogung), Gong Waning dari Kabupaten Sikka, Flores (ensambel itu terdiri atas Lima Buah Gong, Dua Gendang, dan Bambu Panjang yang dipukul), ensambel untuk Begandang dari masyarakat Jalai, Kalimantan Barat, dan masih banyak lagi yang lainnya. Gong dibuat dengan logam, badan Gong ialah sebuah permukaan lengkung, pemain memukul bagian pertengahan permukaan yang melengkung itu, hingga membuat badan Gong bergentar. Gong terlebih dahulu digunakan oleh etnik minoriti di kawasan barat daya China, sehingga abad ke-2 sebelum masehi, seiring dengan pertukaran antara berbagai etnik, Gong diedarkan ke kawasan dalam China. Pada masa itu, Gong sering digunakan untuk mengarahkan tentara dalam perang. Dalam istilah ketentaraan purbakala China, mereka menyebutnya dengan “memukul Gong menandakan untuk mengundurkan bala tentara”. Saat ini tidak banyak lagi perajin Gong seperti ini. Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, Gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis hingga menghasilkan nada yang diinginkan. Di Indonesia sendiri terdapat beragam jenis Gong pada instrumen Gamelan Jawa, seperti Bonang Barung, Pencon, dan Kolintang. Fungsi sebenarnya Gong dalam kesenian alat musik tradisional Indonesia adalah sebagai penanda permulaan dan akhiran Gendhing serta memberikan rasa keseimbangan setelah kalimat lagu Gendhing yang panjang berlalu. Yang paling umum ada dua macam Gong yang sudah terkenal di Indonesia, yaitu Gong Ageng dan Gong Suwuk yang berukuran sedang. Namun di Indonesia, lagi-lagi alat musik tradisional seperti Gong ini kini begitu jarang orang yang mempelajari dan memakainya, akan tetapi yang patut disyukuri ialah Gong masih digunakan sebagai simbol dimulainya dan diakhirinya suatu acara. Setidaknya dengan cara seperti itu Gong masih bisa dikenal oleh masyarakat luas sehingga Gong tidak terlupakan sebagai salah satu kesenian tradisional khas Indonesia. Pada saat ini Gong tersebar bahkan sampai ke Jepang, Australia, Eropa, dan Amerika. Kemajuan teknologi, industri media, dan transportasi, telah meningkatkan pergaulan seni budaya antarbangsa. Perkembangan fungsi musikal dan pergaulan budaya antarbangsa memungkinkan musik Gong dari Indonesia semakin dikenal, dipakai, dan dinikmati di berbagai penjuru dunia. Pada umumnya, musik Indonesia yang dikenal di luar Asia Tenggara adalah musik gamelan dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali. Di Eropa, Jepang, Amerika, Australia, dan Selandia Baru musik Gamelan ini bahkan menjadi salah satu bahan ajar pendidikan seni di sekolah menengah dan universitas mereka. PADI WEB/Iqbal Fadillah/09-14. Foto dikutip dari: id.wikipedia.org

Sumber : http://alampedia.blogspot.com/2014/11/gong-alat-musik-pukul-tradisional-dari.html
Untuk sobat yang copy paste pada artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya, Terimakasih.

Pesan ini disampaikan oleh Admin Alam Pedia Blog.
ALAM PEDIA – Alat musik merupakan suatu benda yang sangat menarik. Dari benda tersebut muncullah berbagai macam jenis suara yang dapat menghasilkan suatu nada dan apabila dimainkan dengan benar maka akan terdengar suatu alunan nada yang indah. Musik yang kita kenal saat ini dapat tercipta dikarenakan adanya perkembangan dari alat-alat musik tradisional, hingga menjadi sebuah alat musik modern seperti yang biasa kita lihat pada saat ini. Selain itu ada beberapa alat musik tradisional yang memang tak begitu baik jika dimainkan dengan instrumen musik zaman modern, yang bahkan pada zaman dahulu, alat musik tradisional tersebut memiliki ensambel tersendiri untuk memainkannya, seperti yang akan kita bahas kali ini, yaitu Gong. Gong merupakan sebuah alat musik pukul tradisional yang terkenal di Asia Tenggara dan Asia Timur. Di Korea Selatan, Gong disebut juga dengan Kkwaenggwari. Tetapi Kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jaridan dan dimainkan dengan cara dipukul dengan sebuah stik pendek. Cara memegang Kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan khusus, karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran Gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkan. Ensambel (sekumpulan alat musik yang dimainkan bersama-sama) yang menggunakan Gong sangat beraneka ragam. Ada ensambel yang hanya menggunakan beberapa Gong, tanpa alat lain. Namun ada juga ensambel yang menggunakan satu Gong saja ditambah dengan beberapa alat musik lain, seperti Biola, Akordeon, dan Gendang. Ada berbagai macam ensambel yang menggunakan Gong, baik di Indonesia maupun di Mancanegara. Diantara berbagai macam ensambel yang ada, yang paling terkenal ialah ensambel gamelan Jawa dan Bali dari Indonesia. Akan tetapi sebenarnya masih banyak lagi ensambel dengan Gong lainnya di Indonesia, dan tidak semua disebut dengan Gamelan. Beberapa contoh ensambel di Indonesia yang menggunakan Gong yaitu ensambel untuk ronggeng Melayu dari Sumatera (ensambel itu terdiri atas Biola, Vokal, Akordeon, Dua Gendang, dan satu Gong Gantung), Gondang sabangunan dari Sumatera Utara (ensambel itu terdiri atas Taganing, Satu Gendang Besar, Serunai, Hesek, dan Ogung), Gong Waning dari Kabupaten Sikka, Flores (ensambel itu terdiri atas Lima Buah Gong, Dua Gendang, dan Bambu Panjang yang dipukul), ensambel untuk Begandang dari masyarakat Jalai, Kalimantan Barat, dan masih banyak lagi yang lainnya. Gong dibuat dengan logam, badan Gong ialah sebuah permukaan lengkung, pemain memukul bagian pertengahan permukaan yang melengkung itu, hingga membuat badan Gong bergentar. Gong terlebih dahulu digunakan oleh etnik minoriti di kawasan barat daya China, sehingga abad ke-2 sebelum masehi, seiring dengan pertukaran antara berbagai etnik, Gong diedarkan ke kawasan dalam China. Pada masa itu, Gong sering digunakan untuk mengarahkan tentara dalam perang. Dalam istilah ketentaraan purbakala China, mereka menyebutnya dengan “memukul Gong menandakan untuk mengundurkan bala tentara”. Saat ini tidak banyak lagi perajin Gong seperti ini. Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya. Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila nadanya masih belum sesuai, Gong dikerok sehingga lapisan perunggunya menjadi lebih tipis hingga menghasilkan nada yang diinginkan. Di Indonesia sendiri terdapat beragam jenis Gong pada instrumen Gamelan Jawa, seperti Bonang Barung, Pencon, dan Kolintang. Fungsi sebenarnya Gong dalam kesenian alat musik tradisional Indonesia adalah sebagai penanda permulaan dan akhiran Gendhing serta memberikan rasa keseimbangan setelah kalimat lagu Gendhing yang panjang berlalu. Yang paling umum ada dua macam Gong yang sudah terkenal di Indonesia, yaitu Gong Ageng dan Gong Suwuk yang berukuran sedang. Namun di Indonesia, lagi-lagi alat musik tradisional seperti Gong ini kini begitu jarang orang yang mempelajari dan memakainya, akan tetapi yang patut disyukuri ialah Gong masih digunakan sebagai simbol dimulainya dan diakhirinya suatu acara. Setidaknya dengan cara seperti itu Gong masih bisa dikenal oleh masyarakat luas sehingga Gong tidak terlupakan sebagai salah satu kesenian tradisional khas Indonesia. Pada saat ini Gong tersebar bahkan sampai ke Jepang, Australia, Eropa, dan Amerika. Kemajuan teknologi, industri media, dan transportasi, telah meningkatkan pergaulan seni budaya antarbangsa. Perkembangan fungsi musikal dan pergaulan budaya antarbangsa memungkinkan musik Gong dari Indonesia semakin dikenal, dipakai, dan dinikmati di berbagai penjuru dunia. Pada umumnya, musik Indonesia yang dikenal di luar Asia Tenggara adalah musik gamelan dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali. Di Eropa, Jepang, Amerika, Australia, dan Selandia Baru musik Gamelan ini bahkan menjadi salah satu bahan ajar pendidikan seni di sekolah menengah dan universitas mereka. PADI WEB/Iqbal Fadillah/09-14. Foto dikutip dari: id.wikipedia.org

Sumber : http://alampedia.blogspot.com/2014/11/gong-alat-musik-pukul-tradisional-dari.html
Untuk sobat yang copy paste pada artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya, Terimakasih.

Pesan ini disampaikan oleh Admin Alam Pedia Blog.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar