Gong Nekara Aset Wisata Budaya Selayar
Gong Nekara Aset Wisata Budaya Selayar – Gong Nekara Terbesar di
Asia Tenggara ialah Gong nekara yang ada di Pulau Selayar. Saya
seumur-umur baru satu kali melihat langsung, beberapa tahun yang lalu
sewaktu masih mahasiswa dan kebetulan Gong nekara ini adalah salah satu
tujuan penelitian kami kala itu. Gong Nekara adalan merupakan
peninggalan sejarah dan purbakala yang sekaligus satu dari sekian banyak
obyek wisata yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar. Khusus pencinta
benda-benda peninggalan sejarah, adalah sebuah keharusan mengunjungi
nekara terbesar di Asia Tenggara ini bila berkunjung ke daratan Selayar.
Fungsi dari Gong Nekara ini mempunyai 3 fungsi pada masanya, yakni
fungsi Keagamaan, Sosial-Budaya, dan Politik. Fungsi keagamaan yaitu
sebagai alat komunikasi, upacara, dan simbol. Sementara fungsi sosial
budaya yaitu sebagai simbol status sosial, perangkat upacara dan karya
seni yang mempunyai daya magis religius. Sedangkan fungsi politik yaitu
sebagai tanda bahaya atau isyarat perang.
sedangkan deskripsi fisik Gong Nekara ini yakni mempunyai garis tengah
126 cm dengan luas lingkaran permukaan 396 cm persegi. Lingkaran pinggan
340 cm persegi, tinggi badan 95 cm, bintang 16 jari, jari-jari
permukaan 63 cm, adapun gambar atau lukisan motifnya adalah lukisan
gajah 16 ekor, pohon sirih 11 batang, burung 54 ekor dan ikan 18 ekor.
Pada permukaan gong nekara ini terdiri atas 4 buah arca katak, dan
disamping gong ini ada 4 daun telinga.
Gong Nekara Selayar terbuat dari logam perunggu yang saat ini tersimpan di daerah Bonto Bangun (Matalalang).
Menurut informasi lisan dari tetua adat dan penduduk setempat, nekara
tersebut ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang penduduk dari
Kampung Rea-Rea yang bernama Sabuna pada tahun 1686. Pada saat itu
Sabuna sedang mengerjakan sawah Raja Puta Bangung di Papaniohea,
tiba-tiba cangkul Sabuna membentur benda keras yang ternyata adalah
hiasan katak yang merupakan bagian dari sebuah nekara. Sejak berakhirnya
Dinasti Puta Bangung, pada tahun 1760 nekara tersebut dipindahkan ke
Bonto Bangung dan menjadi kalompoang/arajang (benda keramat) Kerajaan
Bonto Bangung.
Legenda mengenai nekara Selayar dikenal dari dua sumber, yang pertama
cerita mitos Sawerigading yang berkembang pada periode Galigo, yaitu
periode kekuasaan manusia dewa yang mengatur tata tertib dunia, dengan
pola kepemimpinan religius kharismatis. Sawerigading ditempatkan sebagai
tokoh utama dalam perwujudan tata tertib dan penataan pertama
masyarakat Bugis-Makasar di Sulawesi Selatan. Periode Galigo
diperkirakan berlangsung sekitar abad ke-7 sampai abad ke-10. Tetapi
Christian Pelras menempatkan pada sekitar abad ke-12.
Sumber yang kedua adalah naskah Hukum Pelayaran dan Perdagangan Amanna
Gappa (abad 17). Selayar disebut sebagai salah satu daerah tujuan niaga.
Letaknya sangat strategis bagi pelayaran yang menuju ketimur maupun ke
barat. Dengan demikian Selayar menjadi bandar transito bagi lalu lintas
pelayaran. Di dalam naskah itu juga disebut tentang “daftar sewa bagi
orang yang berlayar dari daerah Makasar ke Aceh, Kedah, Kamboja dengan
sewa 7 rial dari tiap seratus (orang) dan apabila naik dari tempat
tersebut pergi ke Selayar, Malaka, Johor, sewanya 6 rial dari tiap
seratus (orang).”
Dari sumber tersebut memberikan keterangan tentang peranan Selayar
dengan daerah-daerah di Nusantara dan Asia Tenggara. Hal ini memperkuat
dugaan bahwa nekara Selayar mungkin didatangkan dari daratan Asia
Tenggara pada waktu pengaruh kebudayaan Cina berkembang di kawasan itu.
Menurut legenda yang berkait dengan nekara Selayar, dikatakan bahwa
ketika Sawerigading bersama isterinya (We Cuddai) dan ketiga putranya
(La Galigo, Tenri Dio, dan Tenri Balobo) kembali dari Cina, dalam
perjalanannya menuju ke Luwu mereka singgah di Pulau Selayar, dan
langsung menuju ke suatu tempat yang disebut Puta Bangung dengan membawa
sebuah nekara perunggu yang besar. Di tempat itu mereka dianggap
sebagai Tumanurung. Pada saat itulah Tenri Dio dianggap menjadi raja
pertama di Puta Bangung, dan menempatkan nekara itu sebagai Kalompoang
di Kerajaan Puta Bangung.
Dari cerita itu dapat disimpulkan bahwa nekara Selayar dibawa dari Cina
oleh Sawerigading. Yang dimaksud dengan Cina disini, mungkin adalah Indo
China. Selain itu, masyarakat juga menganggap bahwa hanya ada dua
nekara (Gong), yaitu sebuah di Selayar dan sebuah lagi berada di Cina.
Nekara yang ada di Selayar dianggap sebagai suami dan yang ada di Cina
sebagai isteri. Hal ini mengingatkan kita pada nekara yang dipuja
berpasangan di daerah Birma yang dipersonifikasikan sebagai pasangan
suami isteri. Nekara yang di atasnya terdapat hiasan katak berukuran
lebih tinggi melambangkan pria, sedangkan yang tidak memakai hiasan
katak dan berukuran lebih kecil dan rendah melambangkan wanita. Dengan
demikian nampak adanya persamaan nilai simbolis dari pendukung
kebudayaan perunggu khususnya nekara di Indonesia dan Asia Tenggara.[ki]
merupakan suatu benda
yang sangat menarik. Dari benda tersebut muncullah berbagai macam jenis
suara yang dapat menghasilkan suatu nada dan apabila dimainkan dengan
benar maka akan terdengar suatu alunan nada yang indah. Musik yang kita
kenal saat ini dapat tercipta dikarenakan adanya perkembangan dari
alat-alat musik tradisional, hingga menjadi sebuah alat musik modern
seperti yang biasa kita lihat pada saat ini. Selain itu ada beberapa
alat musik tradisional yang memang tak begitu baik jika dimainkan dengan
instrumen musik zaman modern, yang bahkan pada zaman dahulu, alat musik
tradisional tersebut memiliki ensambel tersendiri untuk memainkannya,
seperti yang akan kita bahas kali ini, yaitu Gong.
Gong merupakan sebuah alat musik pukul tradisional yang terkenal di Asia
Tenggara dan Asia Timur. Di Korea Selatan, Gong disebut juga dengan
Kkwaenggwari. Tetapi Kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna
kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jaridan dan
dimainkan dengan cara dipukul dengan sebuah stik pendek. Cara memegang
Kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan
khusus, karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran
Gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkan.
Ensambel (sekumpulan alat musik yang dimainkan bersama-sama) yang
menggunakan Gong sangat beraneka ragam. Ada ensambel yang hanya
menggunakan beberapa Gong, tanpa alat lain. Namun ada juga ensambel yang
menggunakan satu Gong saja ditambah dengan beberapa alat musik lain,
seperti Biola, Akordeon, dan Gendang.
Ada berbagai macam ensambel yang menggunakan Gong, baik di Indonesia
maupun di Mancanegara. Diantara berbagai macam ensambel yang ada, yang
paling terkenal ialah ensambel gamelan Jawa dan Bali dari Indonesia.
Akan tetapi sebenarnya masih banyak lagi ensambel dengan Gong lainnya di
Indonesia, dan tidak semua disebut dengan Gamelan. Beberapa contoh
ensambel di Indonesia yang menggunakan Gong yaitu ensambel untuk
ronggeng Melayu dari Sumatera (ensambel itu terdiri atas Biola, Vokal,
Akordeon, Dua Gendang, dan satu Gong Gantung), Gondang sabangunan dari
Sumatera Utara (ensambel itu terdiri atas Taganing, Satu Gendang Besar,
Serunai, Hesek, dan Ogung), Gong Waning dari Kabupaten Sikka, Flores
(ensambel itu terdiri atas Lima Buah Gong, Dua Gendang, dan Bambu
Panjang yang dipukul), ensambel untuk Begandang dari masyarakat Jalai,
Kalimantan Barat, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Gong dibuat dengan logam, badan Gong ialah sebuah permukaan lengkung,
pemain memukul bagian pertengahan permukaan yang melengkung itu, hingga
membuat badan Gong bergentar. Gong terlebih dahulu digunakan oleh etnik
minoriti di kawasan barat daya China, sehingga abad ke-2 sebelum masehi,
seiring dengan pertukaran antara berbagai etnik, Gong diedarkan ke
kawasan dalam China. Pada masa itu, Gong sering digunakan untuk
mengarahkan tentara dalam perang. Dalam istilah ketentaraan purbakala
China, mereka menyebutnya dengan “memukul Gong menandakan untuk
mengundurkan bala tentara”. Saat ini tidak banyak lagi perajin Gong
seperti ini. Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya.
Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila
nadanya masih belum sesuai, Gong dikerok sehingga lapisan perunggunya
menjadi lebih tipis hingga menghasilkan nada yang diinginkan.
Di Indonesia sendiri terdapat beragam jenis Gong pada instrumen Gamelan
Jawa, seperti Bonang Barung, Pencon, dan Kolintang. Fungsi sebenarnya
Gong dalam kesenian alat musik tradisional Indonesia adalah sebagai
penanda permulaan dan akhiran Gendhing serta memberikan rasa
keseimbangan setelah kalimat lagu Gendhing yang panjang berlalu. Yang
paling umum ada dua macam Gong yang sudah terkenal di Indonesia, yaitu
Gong Ageng dan Gong Suwuk yang berukuran sedang. Namun di Indonesia,
lagi-lagi alat musik tradisional seperti Gong ini kini begitu jarang
orang yang mempelajari dan memakainya, akan tetapi yang patut disyukuri
ialah Gong masih digunakan sebagai simbol dimulainya dan diakhirinya
suatu acara. Setidaknya dengan cara seperti itu Gong masih bisa dikenal
oleh masyarakat luas sehingga Gong tidak terlupakan sebagai salah satu
kesenian tradisional khas Indonesia.
Pada saat ini Gong tersebar bahkan sampai ke Jepang, Australia, Eropa,
dan Amerika. Kemajuan teknologi, industri media, dan transportasi, telah
meningkatkan pergaulan seni budaya antarbangsa. Perkembangan fungsi
musikal dan pergaulan budaya antarbangsa memungkinkan musik Gong dari
Indonesia semakin dikenal, dipakai, dan dinikmati di berbagai penjuru
dunia. Pada umumnya, musik Indonesia yang dikenal di luar Asia Tenggara
adalah musik gamelan dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali. Di Eropa,
Jepang, Amerika, Australia, dan Selandia Baru musik Gamelan ini bahkan
menjadi salah satu bahan ajar pendidikan seni di sekolah menengah dan
universitas mereka. PADI WEB/Iqbal Fadillah/09-14. Foto dikutip dari:
id.wikipedia.org
Sumber : http://alampedia.blogspot.com/2014/11/gong-alat-musik-pukul-tradisional-dari.html
Untuk sobat yang copy paste pada artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya, Terimakasih.
Pesan ini disampaikan oleh Admin Alam Pedia Blog.
Sumber : http://alampedia.blogspot.com/2014/11/gong-alat-musik-pukul-tradisional-dari.html
Untuk sobat yang copy paste pada artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya, Terimakasih.
Pesan ini disampaikan oleh Admin Alam Pedia Blog.
merupakan suatu benda
yang sangat menarik. Dari benda tersebut muncullah berbagai macam jenis
suara yang dapat menghasilkan suatu nada dan apabila dimainkan dengan
benar maka akan terdengar suatu alunan nada yang indah. Musik yang kita
kenal saat ini dapat tercipta dikarenakan adanya perkembangan dari
alat-alat musik tradisional, hingga menjadi sebuah alat musik modern
seperti yang biasa kita lihat pada saat ini. Selain itu ada beberapa
alat musik tradisional yang memang tak begitu baik jika dimainkan dengan
instrumen musik zaman modern, yang bahkan pada zaman dahulu, alat musik
tradisional tersebut memiliki ensambel tersendiri untuk memainkannya,
seperti yang akan kita bahas kali ini, yaitu Gong.
Gong merupakan sebuah alat musik pukul tradisional yang terkenal di Asia
Tenggara dan Asia Timur. Di Korea Selatan, Gong disebut juga dengan
Kkwaenggwari. Tetapi Kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna
kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jaridan dan
dimainkan dengan cara dipukul dengan sebuah stik pendek. Cara memegang
Kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan
khusus, karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran
Gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkan.
Ensambel (sekumpulan alat musik yang dimainkan bersama-sama) yang
menggunakan Gong sangat beraneka ragam. Ada ensambel yang hanya
menggunakan beberapa Gong, tanpa alat lain. Namun ada juga ensambel yang
menggunakan satu Gong saja ditambah dengan beberapa alat musik lain,
seperti Biola, Akordeon, dan Gendang.
Ada berbagai macam ensambel yang menggunakan Gong, baik di Indonesia
maupun di Mancanegara. Diantara berbagai macam ensambel yang ada, yang
paling terkenal ialah ensambel gamelan Jawa dan Bali dari Indonesia.
Akan tetapi sebenarnya masih banyak lagi ensambel dengan Gong lainnya di
Indonesia, dan tidak semua disebut dengan Gamelan. Beberapa contoh
ensambel di Indonesia yang menggunakan Gong yaitu ensambel untuk
ronggeng Melayu dari Sumatera (ensambel itu terdiri atas Biola, Vokal,
Akordeon, Dua Gendang, dan satu Gong Gantung), Gondang sabangunan dari
Sumatera Utara (ensambel itu terdiri atas Taganing, Satu Gendang Besar,
Serunai, Hesek, dan Ogung), Gong Waning dari Kabupaten Sikka, Flores
(ensambel itu terdiri atas Lima Buah Gong, Dua Gendang, dan Bambu
Panjang yang dipukul), ensambel untuk Begandang dari masyarakat Jalai,
Kalimantan Barat, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Gong dibuat dengan logam, badan Gong ialah sebuah permukaan lengkung,
pemain memukul bagian pertengahan permukaan yang melengkung itu, hingga
membuat badan Gong bergentar. Gong terlebih dahulu digunakan oleh etnik
minoriti di kawasan barat daya China, sehingga abad ke-2 sebelum masehi,
seiring dengan pertukaran antara berbagai etnik, Gong diedarkan ke
kawasan dalam China. Pada masa itu, Gong sering digunakan untuk
mengarahkan tentara dalam perang. Dalam istilah ketentaraan purbakala
China, mereka menyebutnya dengan “memukul Gong menandakan untuk
mengundurkan bala tentara”. Saat ini tidak banyak lagi perajin Gong
seperti ini. Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya.
Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila
nadanya masih belum sesuai, Gong dikerok sehingga lapisan perunggunya
menjadi lebih tipis hingga menghasilkan nada yang diinginkan.
Di Indonesia sendiri terdapat beragam jenis Gong pada instrumen Gamelan
Jawa, seperti Bonang Barung, Pencon, dan Kolintang. Fungsi sebenarnya
Gong dalam kesenian alat musik tradisional Indonesia adalah sebagai
penanda permulaan dan akhiran Gendhing serta memberikan rasa
keseimbangan setelah kalimat lagu Gendhing yang panjang berlalu. Yang
paling umum ada dua macam Gong yang sudah terkenal di Indonesia, yaitu
Gong Ageng dan Gong Suwuk yang berukuran sedang. Namun di Indonesia,
lagi-lagi alat musik tradisional seperti Gong ini kini begitu jarang
orang yang mempelajari dan memakainya, akan tetapi yang patut disyukuri
ialah Gong masih digunakan sebagai simbol dimulainya dan diakhirinya
suatu acara. Setidaknya dengan cara seperti itu Gong masih bisa dikenal
oleh masyarakat luas sehingga Gong tidak terlupakan sebagai salah satu
kesenian tradisional khas Indonesia.
Pada saat ini Gong tersebar bahkan sampai ke Jepang, Australia, Eropa,
dan Amerika. Kemajuan teknologi, industri media, dan transportasi, telah
meningkatkan pergaulan seni budaya antarbangsa. Perkembangan fungsi
musikal dan pergaulan budaya antarbangsa memungkinkan musik Gong dari
Indonesia semakin dikenal, dipakai, dan dinikmati di berbagai penjuru
dunia. Pada umumnya, musik Indonesia yang dikenal di luar Asia Tenggara
adalah musik gamelan dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali. Di Eropa,
Jepang, Amerika, Australia, dan Selandia Baru musik Gamelan ini bahkan
menjadi salah satu bahan ajar pendidikan seni di sekolah menengah dan
universitas mereka. PADI WEB/Iqbal Fadillah/09-14. Foto dikutip dari:
id.wikipedia.org
Sumber : http://alampedia.blogspot.com/2014/11/gong-alat-musik-pukul-tradisional-dari.html
Untuk sobat yang copy paste pada artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya, Terimakasih.
Pesan ini disampaikan oleh Admin Alam Pedia Blog.
Sumber : http://alampedia.blogspot.com/2014/11/gong-alat-musik-pukul-tradisional-dari.html
Untuk sobat yang copy paste pada artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya, Terimakasih.
Pesan ini disampaikan oleh Admin Alam Pedia Blog.
ALAM PEDIA – Alat musik
merupakan suatu benda yang sangat menarik. Dari benda tersebut
muncullah berbagai macam jenis suara yang dapat menghasilkan suatu nada
dan apabila dimainkan dengan benar maka akan terdengar suatu alunan nada
yang indah. Musik yang kita kenal saat ini dapat tercipta dikarenakan
adanya perkembangan dari alat-alat musik tradisional, hingga menjadi
sebuah alat musik modern seperti yang biasa kita lihat pada saat ini.
Selain itu ada beberapa alat musik tradisional yang memang tak begitu
baik jika dimainkan dengan instrumen musik zaman modern, yang bahkan
pada zaman dahulu, alat musik tradisional tersebut memiliki ensambel
tersendiri untuk memainkannya, seperti yang akan kita bahas kali ini,
yaitu Gong.
Gong merupakan sebuah alat musik pukul tradisional yang terkenal di Asia
Tenggara dan Asia Timur. Di Korea Selatan, Gong disebut juga dengan
Kkwaenggwari. Tetapi Kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna
kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jaridan dan
dimainkan dengan cara dipukul dengan sebuah stik pendek. Cara memegang
Kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan
khusus, karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran
Gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkan.
Ensambel (sekumpulan alat musik yang dimainkan bersama-sama) yang
menggunakan Gong sangat beraneka ragam. Ada ensambel yang hanya
menggunakan beberapa Gong, tanpa alat lain. Namun ada juga ensambel yang
menggunakan satu Gong saja ditambah dengan beberapa alat musik lain,
seperti Biola, Akordeon, dan Gendang.
Ada berbagai macam ensambel yang menggunakan Gong, baik di Indonesia
maupun di Mancanegara. Diantara berbagai macam ensambel yang ada, yang
paling terkenal ialah ensambel gamelan Jawa dan Bali dari Indonesia.
Akan tetapi sebenarnya masih banyak lagi ensambel dengan Gong lainnya di
Indonesia, dan tidak semua disebut dengan Gamelan. Beberapa contoh
ensambel di Indonesia yang menggunakan Gong yaitu ensambel untuk
ronggeng Melayu dari Sumatera (ensambel itu terdiri atas Biola, Vokal,
Akordeon, Dua Gendang, dan satu Gong Gantung), Gondang sabangunan dari
Sumatera Utara (ensambel itu terdiri atas Taganing, Satu Gendang Besar,
Serunai, Hesek, dan Ogung), Gong Waning dari Kabupaten Sikka, Flores
(ensambel itu terdiri atas Lima Buah Gong, Dua Gendang, dan Bambu
Panjang yang dipukul), ensambel untuk Begandang dari masyarakat Jalai,
Kalimantan Barat, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Gong dibuat dengan logam, badan Gong ialah sebuah permukaan lengkung,
pemain memukul bagian pertengahan permukaan yang melengkung itu, hingga
membuat badan Gong bergentar. Gong terlebih dahulu digunakan oleh etnik
minoriti di kawasan barat daya China, sehingga abad ke-2 sebelum masehi,
seiring dengan pertukaran antara berbagai etnik, Gong diedarkan ke
kawasan dalam China. Pada masa itu, Gong sering digunakan untuk
mengarahkan tentara dalam perang. Dalam istilah ketentaraan purbakala
China, mereka menyebutnya dengan “memukul Gong menandakan untuk
mengundurkan bala tentara”. Saat ini tidak banyak lagi perajin Gong
seperti ini. Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya.
Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila
nadanya masih belum sesuai, Gong dikerok sehingga lapisan perunggunya
menjadi lebih tipis hingga menghasilkan nada yang diinginkan.
Di Indonesia sendiri terdapat beragam jenis Gong pada instrumen Gamelan
Jawa, seperti Bonang Barung, Pencon, dan Kolintang. Fungsi sebenarnya
Gong dalam kesenian alat musik tradisional Indonesia adalah sebagai
penanda permulaan dan akhiran Gendhing serta memberikan rasa
keseimbangan setelah kalimat lagu Gendhing yang panjang berlalu. Yang
paling umum ada dua macam Gong yang sudah terkenal di Indonesia, yaitu
Gong Ageng dan Gong Suwuk yang berukuran sedang. Namun di Indonesia,
lagi-lagi alat musik tradisional seperti Gong ini kini begitu jarang
orang yang mempelajari dan memakainya, akan tetapi yang patut disyukuri
ialah Gong masih digunakan sebagai simbol dimulainya dan diakhirinya
suatu acara. Setidaknya dengan cara seperti itu Gong masih bisa dikenal
oleh masyarakat luas sehingga Gong tidak terlupakan sebagai salah satu
kesenian tradisional khas Indonesia.
Pada saat ini Gong tersebar bahkan sampai ke Jepang, Australia, Eropa,
dan Amerika. Kemajuan teknologi, industri media, dan transportasi, telah
meningkatkan pergaulan seni budaya antarbangsa. Perkembangan fungsi
musikal dan pergaulan budaya antarbangsa memungkinkan musik Gong dari
Indonesia semakin dikenal, dipakai, dan dinikmati di berbagai penjuru
dunia. Pada umumnya, musik Indonesia yang dikenal di luar Asia Tenggara
adalah musik gamelan dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali. Di Eropa,
Jepang, Amerika, Australia, dan Selandia Baru musik Gamelan ini bahkan
menjadi salah satu bahan ajar pendidikan seni di sekolah menengah dan
universitas mereka. PADI WEB/Iqbal Fadillah/09-14. Foto dikutip dari:
id.wikipedia.org
Sumber : http://alampedia.blogspot.com/2014/11/gong-alat-musik-pukul-tradisional-dari.html
Untuk sobat yang copy paste pada artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya, Terimakasih.
Pesan ini disampaikan oleh Admin Alam Pedia Blog.
Sumber : http://alampedia.blogspot.com/2014/11/gong-alat-musik-pukul-tradisional-dari.html
Untuk sobat yang copy paste pada artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya, Terimakasih.
Pesan ini disampaikan oleh Admin Alam Pedia Blog.
ALAM PEDIA – Alat musik
merupakan suatu benda yang sangat menarik. Dari benda tersebut
muncullah berbagai macam jenis suara yang dapat menghasilkan suatu nada
dan apabila dimainkan dengan benar maka akan terdengar suatu alunan nada
yang indah. Musik yang kita kenal saat ini dapat tercipta dikarenakan
adanya perkembangan dari alat-alat musik tradisional, hingga menjadi
sebuah alat musik modern seperti yang biasa kita lihat pada saat ini.
Selain itu ada beberapa alat musik tradisional yang memang tak begitu
baik jika dimainkan dengan instrumen musik zaman modern, yang bahkan
pada zaman dahulu, alat musik tradisional tersebut memiliki ensambel
tersendiri untuk memainkannya, seperti yang akan kita bahas kali ini,
yaitu Gong.
Gong merupakan sebuah alat musik pukul tradisional yang terkenal di Asia
Tenggara dan Asia Timur. Di Korea Selatan, Gong disebut juga dengan
Kkwaenggwari. Tetapi Kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna
kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jaridan dan
dimainkan dengan cara dipukul dengan sebuah stik pendek. Cara memegang
Kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan
khusus, karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran
Gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkan.
Ensambel (sekumpulan alat musik yang dimainkan bersama-sama) yang
menggunakan Gong sangat beraneka ragam. Ada ensambel yang hanya
menggunakan beberapa Gong, tanpa alat lain. Namun ada juga ensambel yang
menggunakan satu Gong saja ditambah dengan beberapa alat musik lain,
seperti Biola, Akordeon, dan Gendang.
Ada berbagai macam ensambel yang menggunakan Gong, baik di Indonesia
maupun di Mancanegara. Diantara berbagai macam ensambel yang ada, yang
paling terkenal ialah ensambel gamelan Jawa dan Bali dari Indonesia.
Akan tetapi sebenarnya masih banyak lagi ensambel dengan Gong lainnya di
Indonesia, dan tidak semua disebut dengan Gamelan. Beberapa contoh
ensambel di Indonesia yang menggunakan Gong yaitu ensambel untuk
ronggeng Melayu dari Sumatera (ensambel itu terdiri atas Biola, Vokal,
Akordeon, Dua Gendang, dan satu Gong Gantung), Gondang sabangunan dari
Sumatera Utara (ensambel itu terdiri atas Taganing, Satu Gendang Besar,
Serunai, Hesek, dan Ogung), Gong Waning dari Kabupaten Sikka, Flores
(ensambel itu terdiri atas Lima Buah Gong, Dua Gendang, dan Bambu
Panjang yang dipukul), ensambel untuk Begandang dari masyarakat Jalai,
Kalimantan Barat, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Gong dibuat dengan logam, badan Gong ialah sebuah permukaan lengkung,
pemain memukul bagian pertengahan permukaan yang melengkung itu, hingga
membuat badan Gong bergentar. Gong terlebih dahulu digunakan oleh etnik
minoriti di kawasan barat daya China, sehingga abad ke-2 sebelum masehi,
seiring dengan pertukaran antara berbagai etnik, Gong diedarkan ke
kawasan dalam China. Pada masa itu, Gong sering digunakan untuk
mengarahkan tentara dalam perang. Dalam istilah ketentaraan purbakala
China, mereka menyebutnya dengan “memukul Gong menandakan untuk
mengundurkan bala tentara”. Saat ini tidak banyak lagi perajin Gong
seperti ini. Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya.
Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila
nadanya masih belum sesuai, Gong dikerok sehingga lapisan perunggunya
menjadi lebih tipis hingga menghasilkan nada yang diinginkan.
Di Indonesia sendiri terdapat beragam jenis Gong pada instrumen Gamelan
Jawa, seperti Bonang Barung, Pencon, dan Kolintang. Fungsi sebenarnya
Gong dalam kesenian alat musik tradisional Indonesia adalah sebagai
penanda permulaan dan akhiran Gendhing serta memberikan rasa
keseimbangan setelah kalimat lagu Gendhing yang panjang berlalu. Yang
paling umum ada dua macam Gong yang sudah terkenal di Indonesia, yaitu
Gong Ageng dan Gong Suwuk yang berukuran sedang. Namun di Indonesia,
lagi-lagi alat musik tradisional seperti Gong ini kini begitu jarang
orang yang mempelajari dan memakainya, akan tetapi yang patut disyukuri
ialah Gong masih digunakan sebagai simbol dimulainya dan diakhirinya
suatu acara. Setidaknya dengan cara seperti itu Gong masih bisa dikenal
oleh masyarakat luas sehingga Gong tidak terlupakan sebagai salah satu
kesenian tradisional khas Indonesia.
Pada saat ini Gong tersebar bahkan sampai ke Jepang, Australia, Eropa,
dan Amerika. Kemajuan teknologi, industri media, dan transportasi, telah
meningkatkan pergaulan seni budaya antarbangsa. Perkembangan fungsi
musikal dan pergaulan budaya antarbangsa memungkinkan musik Gong dari
Indonesia semakin dikenal, dipakai, dan dinikmati di berbagai penjuru
dunia. Pada umumnya, musik Indonesia yang dikenal di luar Asia Tenggara
adalah musik gamelan dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali. Di Eropa,
Jepang, Amerika, Australia, dan Selandia Baru musik Gamelan ini bahkan
menjadi salah satu bahan ajar pendidikan seni di sekolah menengah dan
universitas mereka. PADI WEB/Iqbal Fadillah/09-14. Foto dikutip dari:
id.wikipedia.org
Sumber : http://alampedia.blogspot.com/2014/11/gong-alat-musik-pukul-tradisional-dari.html
Untuk sobat yang copy paste pada artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya, Terimakasih.
Pesan ini disampaikan oleh Admin Alam Pedia Blog.
Sumber : http://alampedia.blogspot.com/2014/11/gong-alat-musik-pukul-tradisional-dari.html
Untuk sobat yang copy paste pada artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya, Terimakasih.
Pesan ini disampaikan oleh Admin Alam Pedia Blog.
ALAM PEDIA – Alat musik
merupakan suatu benda yang sangat menarik. Dari benda tersebut
muncullah berbagai macam jenis suara yang dapat menghasilkan suatu nada
dan apabila dimainkan dengan benar maka akan terdengar suatu alunan nada
yang indah. Musik yang kita kenal saat ini dapat tercipta dikarenakan
adanya perkembangan dari alat-alat musik tradisional, hingga menjadi
sebuah alat musik modern seperti yang biasa kita lihat pada saat ini.
Selain itu ada beberapa alat musik tradisional yang memang tak begitu
baik jika dimainkan dengan instrumen musik zaman modern, yang bahkan
pada zaman dahulu, alat musik tradisional tersebut memiliki ensambel
tersendiri untuk memainkannya, seperti yang akan kita bahas kali ini,
yaitu Gong.
Gong merupakan sebuah alat musik pukul tradisional yang terkenal di Asia
Tenggara dan Asia Timur. Di Korea Selatan, Gong disebut juga dengan
Kkwaenggwari. Tetapi Kkwaenggwari yang terbuat dari logam berwarna
kuningan ini dimainkan dengan cara ditopang oleh kelima jaridan dan
dimainkan dengan cara dipukul dengan sebuah stik pendek. Cara memegang
Kkwaenggwari menggunakan lima jari ini ternyata memiliki kegunaan
khusus, karena satu jari (telunjuk) bisa digunakan untuk meredam getaran
Gong dan mengurangi volume suara denting yang dihasilkan.
Ensambel (sekumpulan alat musik yang dimainkan bersama-sama) yang
menggunakan Gong sangat beraneka ragam. Ada ensambel yang hanya
menggunakan beberapa Gong, tanpa alat lain. Namun ada juga ensambel yang
menggunakan satu Gong saja ditambah dengan beberapa alat musik lain,
seperti Biola, Akordeon, dan Gendang.
Ada berbagai macam ensambel yang menggunakan Gong, baik di Indonesia
maupun di Mancanegara. Diantara berbagai macam ensambel yang ada, yang
paling terkenal ialah ensambel gamelan Jawa dan Bali dari Indonesia.
Akan tetapi sebenarnya masih banyak lagi ensambel dengan Gong lainnya di
Indonesia, dan tidak semua disebut dengan Gamelan. Beberapa contoh
ensambel di Indonesia yang menggunakan Gong yaitu ensambel untuk
ronggeng Melayu dari Sumatera (ensambel itu terdiri atas Biola, Vokal,
Akordeon, Dua Gendang, dan satu Gong Gantung), Gondang sabangunan dari
Sumatera Utara (ensambel itu terdiri atas Taganing, Satu Gendang Besar,
Serunai, Hesek, dan Ogung), Gong Waning dari Kabupaten Sikka, Flores
(ensambel itu terdiri atas Lima Buah Gong, Dua Gendang, dan Bambu
Panjang yang dipukul), ensambel untuk Begandang dari masyarakat Jalai,
Kalimantan Barat, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Gong dibuat dengan logam, badan Gong ialah sebuah permukaan lengkung,
pemain memukul bagian pertengahan permukaan yang melengkung itu, hingga
membuat badan Gong bergentar. Gong terlebih dahulu digunakan oleh etnik
minoriti di kawasan barat daya China, sehingga abad ke-2 sebelum masehi,
seiring dengan pertukaran antara berbagai etnik, Gong diedarkan ke
kawasan dalam China. Pada masa itu, Gong sering digunakan untuk
mengarahkan tentara dalam perang. Dalam istilah ketentaraan purbakala
China, mereka menyebutnya dengan “memukul Gong menandakan untuk
mengundurkan bala tentara”. Saat ini tidak banyak lagi perajin Gong
seperti ini. Gong yang telah ditempa belum dapat ditentukan nadanya.
Nada gong baru terbentuk setelah dibilas dan dibersihkan. Apabila
nadanya masih belum sesuai, Gong dikerok sehingga lapisan perunggunya
menjadi lebih tipis hingga menghasilkan nada yang diinginkan.
Di Indonesia sendiri terdapat beragam jenis Gong pada instrumen Gamelan
Jawa, seperti Bonang Barung, Pencon, dan Kolintang. Fungsi sebenarnya
Gong dalam kesenian alat musik tradisional Indonesia adalah sebagai
penanda permulaan dan akhiran Gendhing serta memberikan rasa
keseimbangan setelah kalimat lagu Gendhing yang panjang berlalu. Yang
paling umum ada dua macam Gong yang sudah terkenal di Indonesia, yaitu
Gong Ageng dan Gong Suwuk yang berukuran sedang. Namun di Indonesia,
lagi-lagi alat musik tradisional seperti Gong ini kini begitu jarang
orang yang mempelajari dan memakainya, akan tetapi yang patut disyukuri
ialah Gong masih digunakan sebagai simbol dimulainya dan diakhirinya
suatu acara. Setidaknya dengan cara seperti itu Gong masih bisa dikenal
oleh masyarakat luas sehingga Gong tidak terlupakan sebagai salah satu
kesenian tradisional khas Indonesia.
Pada saat ini Gong tersebar bahkan sampai ke Jepang, Australia, Eropa,
dan Amerika. Kemajuan teknologi, industri media, dan transportasi, telah
meningkatkan pergaulan seni budaya antarbangsa. Perkembangan fungsi
musikal dan pergaulan budaya antarbangsa memungkinkan musik Gong dari
Indonesia semakin dikenal, dipakai, dan dinikmati di berbagai penjuru
dunia. Pada umumnya, musik Indonesia yang dikenal di luar Asia Tenggara
adalah musik gamelan dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Bali. Di Eropa,
Jepang, Amerika, Australia, dan Selandia Baru musik Gamelan ini bahkan
menjadi salah satu bahan ajar pendidikan seni di sekolah menengah dan
universitas mereka. PADI WEB/Iqbal Fadillah/09-14. Foto dikutip dari:
id.wikipedia.org
Sumber : http://alampedia.blogspot.com/2014/11/gong-alat-musik-pukul-tradisional-dari.html
Untuk sobat yang copy paste pada artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya, Terimakasih.
Pesan ini disampaikan oleh Admin Alam Pedia Blog.
Sumber : http://alampedia.blogspot.com/2014/11/gong-alat-musik-pukul-tradisional-dari.html
Untuk sobat yang copy paste pada artikel ini, jangan lupa untuk mencantumkan link sumbernya, Terimakasih.
Pesan ini disampaikan oleh Admin Alam Pedia Blog.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar