Jumat, 23 Januari 2015

Pemanfaatan Teknologi Tradisional Indonesia untuk Melestarikan Budaya Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN
Banyak pakar yang menilai bahwa komunikasi merupakan hal yang fundamental bagi kelangsungan hidup manusia. Komunikasi sangat mutlak diperlukan untuk menjalin hubungan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berkaitan erat dengan hakikat manusia sebagai makhluk sosial, di mana manusia selalu memiliki hasrat untuk berhubungan dengan orang lain. Kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan sesamanya diakui oleh hampir semua agama dan telah ada sejak zaman Adam dan Hawa.
Sifat manusia untuk selalu menyampaikan keinginannya dan untuk mengetahui hasrat orang lain merupakan wujud awal keterampilan manusia dalam berkomunikasi. Keterampilan ini dimulai dengan komunikasi secara otomatis melalui lambang-lambang isyarat, kemudian disusul dengan kemampuan untuk memberi arti setiap lambang-lambang itu dalam bentuk bahasa verbal.
Tidak ada data autentik yang menyebutkan kapan manusia mulai mampu berkomunikasi dengan manusia lainnya. Hanya saja diperkirakan bahwa kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain secara lisan adalah suatu peristiwa yang berlangsung secara mendadak. Kemampuan ini kemudian berkembang menjadi kemampuan untuk berkomunikasi dalam mengutarakan pikirannya secara tertulis.
Pada perkembangan yang lebih jauh lagi, usaha-usaha manusia untuk berkomunikasi terlihat dalam berbagai bentuk kehidupan mereka di masa lalu. Mereka mendirikan tempat-tempat pemukiman di daerah aliran sungai dan tepi pantai untuk memudahkan mereka dalam berkomunikasi dengan daerah luar dengan menggunakan perahu, rakit, atau sampan. Cangara (2007:4) menambahkan bahwa pemukulan gong di Romawi dan pembakaran api yang mengepulkan asap di Cina adalah simbol-simbol komunikasi yang dilakukan oleh para serdadu di medan perang. Penduduk Asia Tenggara bertani dan mengarungi samudera dengan membaca lambang-lambang isyarat melalui gejala alam, seperti posisi bintang dan gerakan air laut. Selain itu masyarakat Sumeria dan Mesopotamia yang menuangkan tulisannya dalam lempengan tanah liat, kulit binatang, dan batu arca.
Berbagai bentuk kehidupan manusia di masa lampau tersebut sebenarnya merupakan sebuah bentuk komunikasi, yaitu komunikasi tradisional yang merupakan generasi pertama dari berbagai bentuk komunikasi yang kita kenal sekarang. Pada masa itu sebagian besar masyarakat berkomunikasi menggunakan cara tradisional dan melalui media yang masih bersifat tradisional pula, sehingga cara komunikasi semacam itu disebut sebagai komunikasi tradisional.
Bertolak dari bermacam peristiwa di masa lampau tersebut, terbukti bahwa komunikasi tradisional merupakan titik awal yang membangun cerita mengenai perjalanan komunikasi manusia yang sebenarnya telah ada sejak zaman Yunani Kuno dalam bentuk tradisi retorika. Komunikasi tradisional menjadi cikal bakal perkembangan komunikasi manusia yang sangat berperan dalam pengembangan komunikasi ke arah yang lebih modern.
Namun sejalan dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, komunikasi tradisional mulai ditinggalkan oleh masyarakat zaman modern. Oleh karena itu pemahaman mengenai komunikasi tradisional sangat diperlukan mengingat komunikasi tradisional merupakan salah satu unsur penting dalam perkembangan komunikasi manusia. Pembahasan mengenai komunikasi tradisional akan dibahas secara lebih rinci pada bab selanjutnya.
Pada era modern dimana komunikasi tradisional sudah mulai tersisihkan, pemahaman mengenai peranan dan esensi komunikasi tradisional sangat diperlukan, terutama bagi para pembelajar ilmu komunikasi. Makalah ini disusun guna membahas secara lebih detail peranan dan esensi komunikasi tradisional yang meliputi segala macam bentuknya, media komunikasi yang digunakan, kelebihan serta kekurangannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian
Komunikasi tradisional adalah proses penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak lain, dengan menggunakan media tradisional yang sudah lama digunakan di suatu tempat sebelum kebudayaannya tersentuh oleh teknologi modern.
Pada zaman dahulu, komunikasi tradisional dilakukan oleh masyarakat primitif dengan cara yang sederhana. Seiring dengan perkembangan teknologi, komunikasi tradisional mulai luntur dan jarang digunakan, namun masih ada sebagian orang yang masih tetap menggunakan komunikasi tradisional, misalnya masyarakat pedesaan di daerah Bali.
Peranan dan Manfaat Komunikasi Tradisional
Pada zaman dahulu, komunikasi merupakan bagian dari tradisi, peraturan, upacara keagamaan, hal-hal tabu, dan lain sebagainya, yang berlaku pada masyarakat tertentu. Komunikasi sebagai bagian dari tradisi memiliki perbedaan antara kebudayaan yang satu dengan yang lain. Komunikasi tradisional sangat penting dalam suatu masyarakat karena dapat mempererat persahabatan dan kerja sama untuk mengimbangi tekanan yang datang dari luar. Komunikasi tradisional mempunyai dimensi sosial, mendorong manusia untuk bekerja, menjaga keharmonisan hidup, memberikan rasa keterikatan, bersama-sama menantang kekuatan alam dan dipakai dalam mengambil keputusan bersama. Dengan demikian, komunikasi tradisional merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Bentuk-Bentuk Komunikasi Tradisional
· Lambang Isyarat
Pada awalnya, orang menggunakan anggota badannya untuk berkomunikasi "bahasa badan" dan bahasa non-verbal. Contohnya dengan gerak muka, tangan, mimik. Ini merupakan bentuk komunikasi yang sangat sederhana.
· Simbol
Simbol-simbol dalam komunikasi tradisional dapat dilihat pada pemukulan gong di Romawi dan pembakaran api yang mengepulkan asap di Cina, yang dilakukan oleh para serdadu di medan perang.
· Gerakan
Gerakan-gerakan dalam semaphore yang dilakukan untuk menyampaikan sebuah pesan/informasi maupun gerakan-gerakan dalam tarian yang bertujuan menyampaikan suatu kisah, merupakan bentuk-bentuk komunikasi tradisional yang menggunakan gerakan.
· Bunyi-bunyian
Bentuk komunikasi tradisional dalam hal ini berupa tanda bahaya yang disampaikan dengan sirine atau kentongan.
Media Komunikasi Tradisional
· Kentongan
Kentongan sebagai media komunikasi tradisional masih memegang peranan yang cukup penting terutama di daerah-daerah. Walaupun di masa sekarang ini telah terjadi perkembangan teknologi yang cukup pesat, namun kentongan masih memiliki banyak kegunaan, misalnya di bidang keamanan (sebagai sarana ronda malam) dan bidang informasi (sebagai petunjuk waktu yang dipukul setiap jam dan sarana menginformasikan berbagai peristiwa yang terjadi, seperti kebakaran, bencana alam dan sebagainya.
· Kulkul
Kulkul merupakan alat komunikasi tradisional yang terdapat di Bali. Kulkul biasanya dipergunakan sebagai tanda panggilan kepada warga untuk berkumpul.
Kulkul adalah alat bunyi yang pada umumnya terbuat dari kayu dan benda peninggalan para leluhur. Selain di Bali, kulkul yang lazimnya disebut dengan kentongan hampir terdapat di seluruh pelosok kepulauan Indonesia. Kulkul dijadikan alat komunikasi tradisional oleh masyarakat Indonesia. Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia, kulkul lebih populer dengan nama "Tongtong". Sedangkan pada zaman Jawa-Hindu kulkul disebut "Slit-drum" yaitu berupa tabuhan dengan lubang memanjang yang terbuat dari bahan perunggu.
Para pembuat kulkul harus melakukan tahap-tahap upacara guna mencari kekuatan magis yang akan ditanamkan pada alat tersebut. Apabila tahapan upacara sudah dilaksanakan maka kulkul telah memiliki kekuatan magis dan dianggap sebagai benda suci serta keramat.
Ada empat jenis kulkul yang dikenal masyarakat Bali yaitu Kulkul Dewa, Kulkul Bhuta, Kulkul Manusia, dan Kulkul Hiasan. Kulkul Dewa adalah kulkul yang digunakan saat upacara Dewa Yadnya. Kulkul Dewa dibunyikan untuk memanggil para dewa. Ritme yang dibunyikan sangat lambat dengan dua nada yaitu tung.... tit.... tung.... tit.... tung.... tit…. dan seterusnya. Kulkul Bhuta adalah Kulkul yang digunakan saat upacara Bhuta Yadnya. Kulkul Bhuta dibunyikan apabila akan memanggil para Bhuta Kala guna menetralisir alam semesta sehingga keadaan alam menjadi aman dan tenteram. Kulkul Manusia adalah Kulkul yang digunakan untuk kegiatan manusia, baik itu rutin maupun mendadak. Di kedua kegiatan inilah saat membunyikan Kulkul Manusia. Kulkul Manusia terbagi atas tiga yaitu Kulkul Tempekan, Kulkul Sekeha-Sekeha, dan Kulkul Siskamling. Ritme yang dibunyikan Kulkul Manusia lambat dan pendek, sedangkan pada kegiatan mendadak terdengar cepat dan panjang.
Fungsi Kulkul berkaitan erat dengan kegiatan banjar. Banjar-banjar di Bali pada umumnya melakukan pertemuan rutin warga setiap sebulan sekali. Menjelang hari pertemuan, didahului dengan memukul kulkul dengan sebuah alat pemukul dari kayu. Suara Kulkul akan terdengar sampai ke pelosok banjar. Suara tersebut merupakan panggilan kepada warga untuk segera berkumpul di tempat yang sudah disepakati bersama.
Selain untuk pertemuan rutin, bunyi Kulkul juga mengandung arti untuk pengerahan tenaga kerja. Ada pengerahan tenaga kerja yang sudah direncanakan, dan ada pula yang sifatnya mendadak. Gotong royong membersihkan desa, mempersiapkan upacara di pura, dan mencuci barang-barang suci adalah bentuk-bentuk pengerahan tenaga kerja yang sudah direncanakan. Diawali dengan terdengarnya suara Kulkul, warga pun segera berkumpul dan bersama-sama melakukan aktivitas membersihkan desa. Sedangkan pengerahan tenaga kerja yang sifatnya mendadak umumnya untuk menanggulangi kejadian yang tiba-tiba menimpa banjar. Kejadian itu dapat berupa kebakaran, banjir, orang mengamuk, gerhana bulan dan pencuri. Bunyi kulkul terdengar cepat dan panjang. Ini sebagai isyarat supaya warga segera datang atau berjaga-jaga karena ada bahaya mengancam. Di dalamnya terkandung nilai semangat gotong royong yang mendorong warga untuk menciptakan keharmonisan dan keselarasan dalam lingkungan banjar.
Hal-hal yang disebutkan di atas terkait erat dengan peranan kulkul dalam masyarakat Bali. Dapat dikatakan hampir seluruh kegiatan yang dilakukan masyarakat Bali melibatkan kulkul sebagai alat komunikasi. Kulkul adalah alat komunikasi tradisional antara manusia dengan dewa, manusia dengan penguasa alam, dan manusia dengan sesamanya. Kulkul diyakini juga dapat meningkatkan rasa kesatuan dan persatuan. Hal ini terlihat dari rasa kebersamaan dan kekeluargaan seluruh warga ketika mendengar bunyi kulkul. Oleh sebab itu, keberadaan kulkul pada masyarakat Bali perlu dilestarikan karena sangat membantu jalannya pelaksanaan pembangunan.
· Cerita Rakyat
William R. Bascom (dalam Nurudin,2005:115) mengemukakan fungsi-fungsi dari folklore sebagai media tradisional adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sistem proyeksi ( projective system )
2. Sebagai pengesahan atau penguat adat.
3. Sebagai alat pendidikan ( pedagogical device )
4. Sebagai alat paksaan dan pengendalian sosial agar norma-norma masyarakat dipatuhi oleh anggota kolektifnya.
Sebagai sistem proyeksi, folklor menjadi proyeksi angan-angan atau sebagai alat pemuasan impian (wish fulfilment) masyarakat yang termanifestasikan dalam bentuk dongeng. Contohnya dongeng Bawang Merah dan Bawang Putih.
Cerita Nyi Roro Kidul di Yogyakarta dapat memperkuat adat (bahkan kekuasaan) raja Mataram. Seseorang harus dihormati karena mempunyai kekuatan luar biasa yang ditunjukkan dari kemampuannya dari kemampuannya memperistri mahluk halus.
Cerita Katak yang Congkak merupakan alat paksaan dan pengendalian sosial terhadap norma atau nilai masyarakat.
· Seni Drama dan Tari (Sendratari)
Sendratari yang dikembangkan di Bali antara lain Arja. Pertunjukan ini biasanya dimulai pada tengah malam oleh pelaku-pelaku yang memainkannya dengan jenaka. Cerita-cerita Arja yang pada dasarnya mengungkapkan tema romantis itu juga menyinggung permasalahan hangat sehari-hari, yang secara komunikatif dapat menggali kesadaran masyarakat mengenai berbagai hal.
· Upacara Rakyat
Upacara Rakyat seringkali digunakan untuk memperkuat adanya cerita rakyat. Salah satu contohnya upacara Labuhan (sesaji kepada makhluk halus) yang memperkuat cerita rakyat mengenai makhluk lain selain manusia. Contoh lain, sedekah laut di daerah Cilacap yang digunakan untuk menghormati Nyi Roro Kidul dengan memberikan sesaji.
· Wayang
Wayang merupakan salah satu media komunikasi yang biasanya
digunakan sebagai sarana hiburan dan sarana pendidikan. Sebagai sarana hiburan wayang menyajikan berbagai cerita yang bersifat menghibur. Sebagai sarana pendidikan wayang menyajikan cerita-cerita yang sarat makna dan memberikan berbagai pelajaran bagi masyarakat. Bahkan saat ini sudah banyak dikembangkan berbagai media pembelajaran anak-anak menggunakan media-media tradisional salah satunya dengan wayang.
Selain itu wayang juga berfungsi sebagai media sosialisasi pada masyarakat. Wayang digunakan sebagai alat untuk mensosialisasikan berbagai persoalan-persoalan dalam masyarakat agar mudah dimengerti dan dicari jalan keluarnya. Penggunaan wayang sebagai alat komunikasi tradisional dinilai efektif karena mampu menarik perhatian masyarakat. Salah satu contoh nyatanya, tanggal 14 Desember 1977 di Kota Bandung pernah digelar pertunjukan wayang golek yang mengangkat tema Keluarga Berencana. Pertunjukan ini bertujuan untuk mensosialisasikan program Keluarga Berencana kepada masyarakat
Dalam pertunjukan ini, proses komunikasi sangat didukung dan ditentukan oleh dalang yang berperan sebagai pribadi kepercayaan yang berdialog dan mengetahui tanggapan penonton dalam waktu seketika. Dalang dalam hal ini bertindak sebagai saluran penerangan dan sumber motivasi. Bersama jurukawih yang melantunkan suara dengan pemilihan kata-kata yang tepat untuk menyentuh hati penonton serta wiraswara yang ketanggapannya diperlukan dalam berdialog untuk menghidupkan percakapan, ketiganya memegang peranan penting dalam membawakan misi menggalakkan Program Keluarga Berencana
Intinya, pertunjukan wayang sebagai salah satu media komunikasi tradisional memberikan gambaran nyata yang lebih mudah dicerna dan dimengerti, serta memberikan sentuhan tersendiri (yang mungkin lebih dalam) pada hati nurani masyarakat yang menyaksikannya.
· Burung Merpati
Burung merpati merupakan media komunikasi tradisional setelah manusia mengenal tulisan serta kebudayaan berkirim surat, sebelum munculnya jasa pos. Surat yang ditulis tersebut akan dipasang pada kaki burung merpati yang telah dilatih sebelumnya oleh si pengirim, untuk disampaikan kepada orang yang dituju. Pengiriman surat dengan jasa burung merpati banyak ditemukan pada masa kerajaan di Indonesia.
Kelebihan dan Kekurangan Komunikasi Tradisional
Keberadaan komunikasi tradisional yang media-medianya biasa dipertukarkan dengan seni tradisional atau seni pertunjukan, menjadikan bentuk komunikasi ini lebih menarik, sederhana, dan mudah dimengerti oleh komunitas sasarannya. Hal itulah yang membuat media komunikasi tradisional melekat erat dengan kehidupan masyarakat dan berdampak pada perkembangan proses sosial masyarakat seperti memupuk rasa persaudaraan.
Pengalaman-pengalaman yang ada menunjukkan bahwa media kesenian tradisional masih tetap disenangi oleh masyarakat. Namun demikian media-media kesenian tersebut tetap harus dikemas dengan baik dan menarik. Buktinya, saat ini media modern seperti televisi seolah berlomba menampilkan pola pertunjukan tradisional dalam berbagai tayangan. Ini menunjukkan kelebihan/keistimewaan media tradisional yang tidak dimiliki oleh media modern.
Sedangkan kekurangan dari komunikasi tradisional ialah ketidakmampuannya menjangkau ruang dan waktu serta audiens yang lebih luas. Karena keterbatasan itulah komunikasi ini sering dianggap tidak efektif dan kalah bersaing dengan media komunikasi modern yang lebih canggih.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Komunikasi tradisional pada dasarnya merupakan proses penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan media tradisional yang sudah lama digunakan di suatu tempat, sebelum kebudayaannya tersentuh oleh teknologi modern. Seiring dengan perkembangan teknologi, komunikasi tradisional dilakukan oleh masyarakat primitif dengan cara-cara yang sederhana mulai luntur dan jarang digunakan, walaupun masih ada sebagian orang yang masih tetap menggunakannya.
Pada zaman dahulu, komunikasi merupakan bagian dari tradisi, peraturan, upacara keagamaan, hal-hal tabu, dan lain sebagainya, yang berlaku pada masyarakat tertentu. Komunikasi tradisional memiliki manfaat penting dalam suatu masyarakat karena dapat mempererat persahabatan dan kerja sama untuk mengimbangi tekanan yang datang dari luar. Sedangkan peranan komunikasi tradisional ialah sebagai dimensi sosial, yang mendorong manusia untuk bekerja, menjaga keharmonisan hidup, memberikan rasa keterikatan, bersama-sama menantang kekuatan alam dan dipakai dalam mengambil keputusan bersama.
Bentuk-bentuk komunikasi tradisional dapat kita lihat dalam penggunaan lambang isyarat, simbol-simbol, gerakan-gerakan, dan bunyi-bunyian. Sedangkan media yang banyak dipergunakan ialah kentongan, kulkul, cerita rakyat, seni drama dan tari (sendratari), upacara rakyat, wayang, dan burung merpati.
Media komunikasi tradisional biasa dipertukarkan dengan seni yang menjadikan bentuk komunikasi ini lebih menarik, sederhana, dan mudah dimengerti. Hal tersebut membuat media komunikasi tradisional melekat erat dengan kehidupan masyarakat dan berdampak pada perkembangan proses sosial masyarakat seperti memupuk rasa persaudaraan. Pada dasarnya media kesenian tradisional masih tetap disenangi oleh masyarakat hingga detik ini. Hanya saja media-media kesenian tersebut harus dikemas dengan baik dan menarik. Seperti yang banyak dilakukan media modern televisi belakangan ini, yang seolah berlomba menampilkan pola pertunjukan tradisional dalam berbagai tayangan. Hal ini menunjukkan kelebihan/keistimewaan media tradisional yang tidak dimiliki oleh media modern.
Sedangkan kekurangan dari komunikasi tradisional ialah ketidakmampuannya menjangkau ruang dan waktu serta audiens yang luas, dan karena keterbatasan itulah komunikasi ini sering dianggap tidak efektif.
Saran
Komunikasi tradisional layak dilestarikan sebagai salah satu bagian yang memegang peranan penting dalam sejarah pekembangan komunikasi manusia. Keberadaannya dalam berbagai seni tradisional dan seni pertunjukan hendaknya dihormati dan dilestarikan, diturunkan dari generasi ke generasi, sehingga tidak hilang begitu saja di tengah arus modernisasi.
Penyampaian pesan yang mudah ditangkap dan dicerna oleh masyarakat yang menyaksikan atau mengalaminya menjadi dasar yang sangat kuat untuk mempertahankan bentuk dan media komunikasi tradisional. Namun demikian, bentuk dan media tersebut hendaknya tidak digunakan dengan cara-cara yang tetap konvensional. Perlu kita sadari bahwa masyarakat kita telah dan akan selalu mengalami perubahan. Penggunaan media tradisional di masa ini harus diselaraskan dengan kondisi masyarakat di masa ini pula. Penyelarasan tersebut tergantung dari kebutuhan mereka, bagaimana mentalitas dan pola pikir mereka, harapan-harapan mereka, serta realitas-realitas sosial yang ada di lingkungan sekitar mereka saat ini. Hal- hal tersebut secara otomatis membentuk sasaran baru yang menjadi target komunikasi tradisional.
Bukan tidak mungkin menggunakan bentuk dan media komunikasi tradisional di masa sekarang. Pembaruan dan penyegaran media yang digunakan, serta asimilasi dengan teknologi-teknologi modern bisa mempertahankannya, bahkan membuatnya lebih menarik dan diminati banyak orang. Kalau bukan kita yang memulai dan mempertahankannya, siapa lagi?
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Dahlia, Silvana. Kulkul Alat Komunikasi Tradisional Masyarakat Bali. Up-dated by:8 November 2007. Archived at: http://elvrace.multiply.com/journal/item/26.
Effendy, Onong Uchjana. 1986 .Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Karya CV.
Macbride, Sean. 1983. Aneka Suara, Satu Dunia. Jakarta: Balai Pustaka.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nurudin. 2005. Sistem K omunikasi Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Susanto, Astrid S. 1977. Komunikasi Kontemporer. Bandung: Binacipta.
Situs :
http://www.hupelita.com/baca.php?id=3245

Tidak ada komentar:

Posting Komentar